Wednesday, April 27, 2005

Tanya Jawab : Melihat alam lain dan Andeng di mata

Dari: DEDY, GRESIK
Namo Buddhaya, Bhante
Ada dua hal yang ingin ditanyakan :
1. Baru-baru ini teman baik saya bercerita tentang pengalamannya melihat alam gaib. Ceritanya, ada temannya yang mempunyai kemampuan lebih memegang tangannya. Kemudian teman saya disuruh memejamkan matanya sekejab. Setelah itu, teman saya bisa melihat alam gaib yang katanya mirip dengan kehidupan kita di bumi ini. Ada mahluk seperti manusia, ada berbagai tempat ibadah.
Pertanyaan saya, alam apakah yang dilihat teman saya tadi kalau dihubungkan dengan konsep Buddhisme ?
2. Saya mempunyai andeng-andeng di bawah mata sebelah kiri saya. Posisi andeng-andeng itu katanya tidak bagus. Kesannya selalu minta air mata. Jadi, saya disuruh untuk membuangnya.
Menurut Bhante, bagaimana saya bersikap sebagai umat Buddha ?
Terima kasih.


Jawaban:
1. Dalam pengertian Dhamma, manusia memang tinggal bersama dengan mahluk-mahluk alam lain dalam 'frekuensi' yang tidak sama. Penggunaan istilah 'frekuensi' ini adalah untuk mempermudah penggambaran keberadaan banyak alam kehidupan di sekitar manusia tanpa harus saling mengganggu. Terdapat perbedaan frekuensi pada setiap alam kehidupan. Hal ini seperti seseorang yang dapat menyaksikan berbagai siaran televisi swasta di Indonesia dengan hanya mengganti frekuensinya. Seseorang akan dapat melihat alam lain apabila ia juga dapat menyesuaikan atau menyamakan gelombang pikirannya dengan 'frekuensi' alam tersebut.
Dalam kasus yang ditanyakan, jika dilihat dari pengertian Buddhis, alam lain yang masih mempunyai kesamaan dengan alam manusia tersebut apabila merupakan alam bahagia, maka alam itu termasuk surga tingkat pertama yaitu Catumaharajika. Sedangkan, apabila alam tersebut merupakan alam menderita maka itulah yang dikenal sebagai alam peta.

2. Dalam Dhamma disebutkan bahwa suka duka seseorang timbul karena buah kamma yang dimilikinya. Oleh karena itu, posisi andeng-andeng di tempat tertentu bukan menjadi masalah sejauh orang itu selalu mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan juga pikirannya. Seseorang yang tidak memiliki andeng-andeng satupun, apabila ia banyak melakukan perbuatan buruk, ia tentu akan mengalami banyak penderitaan juga.
Oleh karena itu, jika mempertimbangkan segi keindahan wajah, maka niat menghilangkan andeng-andeng dapat saja dilaksanakan. Namun, kalau niatnya adalah untuk mengubah nasib, mungkin memperbanyak melakukan kebajikan di setiap kesempatan akan lebih bermanfaat daripada sekedar usaha menghilangkan andeng-andeng tersebut.
Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dalam menyikapi berbagai kepercayaan yang terdalam di masyarakat luas.
Semoga bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo

Dikutip dari www.samaggi-phala.or.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home