Saturday, May 14, 2005

Agama Buddha dan Anal Seks

Tanya:

Suami saya sering minta berhubungan suami istri melalui anus (anal seks). Agar saya bisa menyikapi permintaan suami saya, bagaimana pandangan Agama Buddha tentang anal seks oleh suami isteri? Diperbolehkan? Salah? Benar? Anumodana.

Loli Poppy, Jakarta Utara.



Jawaban dari Samaggi Phala (Y.M. Uttamo Thera):
Namo Buddhaya,

Dalam konsep Buddhis, organ seksual seseorang ada tiga yaitu mulut, alat vital dan anus. Oleh karena itu, penggunaan ketiga organ seksual tersebut sejauh dilakukan dengan pasangan hidupnya yang telah terikat dalam lembaga perkawinan, hal itu tidak bermasalah. Bisa dilakukan.

Yang penting, masing-masing pihak tidak merasa terpaksa melakukannya. Semua harus dikerjakan dengan kerelaan dengan dasar ingin membahagiakan pasangan hidupnya, bukan hanya untuk kebutuhan dirinya sendiri.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Semoga bermanfaat.

(sumber : www.buddhistonline.com)

Makan Daging Dukung Penjagalan?

Tanya:

Apakah dengan memakan daging itu kita secara tidak langsung ikut mendukung mata pencaharian yang tidak sesuai dengan Dhamma seperti penjagalan, peternakan, dan nelayan?

Goenawan Harianto, Jombang



Jawaban dari Samaggi Phala (Y.M. Uttamo Thera) dan Dhamma Study Group Bogor (Sdr. Selamat Rodjali):
Namo Buddhaya,

Selama Anda makan daging dari hasil pembelian bangkai di pasar, bukan karena pesanan Anda, maka sesungguhnya Anda tidak termasuk mendukung mata pencahariaan yang salah tersebut. Hal ini karena jumlah penduduk dunia selalu bertambah setiap saat, sehingga setiap saat juga selalu bertambah orang yang memakan daging. Dengan berkurangnya satu orang tidak makan daging, bukan berarti mata pencaharian yang tidak sesuai Dhamma itu akan berhenti. Buktinya, di Indonesia dengan penduduk yang 90% tidak makan daging babi, daging babi masih dengan mudah dapat diketemukan di pasar manapun juga.

Sdr. Goenawan yang baik, istilah dukung-mendukung seperti dukung mendukung partai saja ya. Makan daging tidak seperti itu memandangnya. Bila ada daging yang sudah teronggok dan dijual, kita boleh untuk membelinya kalau kita memang makan daging. Tapi bila kita MEMINTA untuk disediakan daging, maka itulah yang menyebabkan terjadinya pembunuhan-pembunuhan.

Bila memandang dari sisi adanya mahluk yang mati, maka pertanian sayur mayur juga mengandung unsur matinya mahluk karena cacing dicangkul, hama disemprot, dan sebagainya. Adanya kematian mahluk dalam proses di atas tidak ada hubungannya dengan dukung-mendukung pembunuhan. Cobalah telaah pikiran orang-orang itu direfleksikan ke dalam pikiranmu, apakah saat kamu beli daging ada pikiran mendukung pembunuhan? Saya yakin kamu tidak sampai muncul pikiran buruk seperti itu lho.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Semoga bermanfaat.

Sumber: www.buddhistonline.com

Wednesday, April 27, 2005

Tanya Jawab : Melihat alam lain dan Andeng di mata

Dari: DEDY, GRESIK
Namo Buddhaya, Bhante
Ada dua hal yang ingin ditanyakan :
1. Baru-baru ini teman baik saya bercerita tentang pengalamannya melihat alam gaib. Ceritanya, ada temannya yang mempunyai kemampuan lebih memegang tangannya. Kemudian teman saya disuruh memejamkan matanya sekejab. Setelah itu, teman saya bisa melihat alam gaib yang katanya mirip dengan kehidupan kita di bumi ini. Ada mahluk seperti manusia, ada berbagai tempat ibadah.
Pertanyaan saya, alam apakah yang dilihat teman saya tadi kalau dihubungkan dengan konsep Buddhisme ?
2. Saya mempunyai andeng-andeng di bawah mata sebelah kiri saya. Posisi andeng-andeng itu katanya tidak bagus. Kesannya selalu minta air mata. Jadi, saya disuruh untuk membuangnya.
Menurut Bhante, bagaimana saya bersikap sebagai umat Buddha ?
Terima kasih.


Jawaban:
1. Dalam pengertian Dhamma, manusia memang tinggal bersama dengan mahluk-mahluk alam lain dalam 'frekuensi' yang tidak sama. Penggunaan istilah 'frekuensi' ini adalah untuk mempermudah penggambaran keberadaan banyak alam kehidupan di sekitar manusia tanpa harus saling mengganggu. Terdapat perbedaan frekuensi pada setiap alam kehidupan. Hal ini seperti seseorang yang dapat menyaksikan berbagai siaran televisi swasta di Indonesia dengan hanya mengganti frekuensinya. Seseorang akan dapat melihat alam lain apabila ia juga dapat menyesuaikan atau menyamakan gelombang pikirannya dengan 'frekuensi' alam tersebut.
Dalam kasus yang ditanyakan, jika dilihat dari pengertian Buddhis, alam lain yang masih mempunyai kesamaan dengan alam manusia tersebut apabila merupakan alam bahagia, maka alam itu termasuk surga tingkat pertama yaitu Catumaharajika. Sedangkan, apabila alam tersebut merupakan alam menderita maka itulah yang dikenal sebagai alam peta.

2. Dalam Dhamma disebutkan bahwa suka duka seseorang timbul karena buah kamma yang dimilikinya. Oleh karena itu, posisi andeng-andeng di tempat tertentu bukan menjadi masalah sejauh orang itu selalu mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan juga pikirannya. Seseorang yang tidak memiliki andeng-andeng satupun, apabila ia banyak melakukan perbuatan buruk, ia tentu akan mengalami banyak penderitaan juga.
Oleh karena itu, jika mempertimbangkan segi keindahan wajah, maka niat menghilangkan andeng-andeng dapat saja dilaksanakan. Namun, kalau niatnya adalah untuk mengubah nasib, mungkin memperbanyak melakukan kebajikan di setiap kesempatan akan lebih bermanfaat daripada sekedar usaha menghilangkan andeng-andeng tersebut.
Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dalam menyikapi berbagai kepercayaan yang terdalam di masyarakat luas.
Semoga bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo

Dikutip dari www.samaggi-phala.or.id

Kiamat

Pada suatu ketika bumi kita ini akan hancur lebur dan tidak ada. Tapi hancur leburnya bumi kita ini atau kiamat bukanlah merupakan akhir dari kehidupan kita. Sebab seperti apa yang telah diuraikan di halaman terdahulu, bahwa di alam semesta ini tetap berlangsung pula evolusi terjadinya bumi. Lagi pula, bumi kehidupan manusia bukan hanya bumi kita ini saja tetapi ada banyak bumi lain yang terdapat dalam tata surya - tata surya yang tersebar di alam semesta ini.

Kiamat atau hancur leburnya bumi kita ini menurut Anguttara Nikaya, Sattakanipata diakibatkan oleh terjadinya musim kemarau yang lama sekali. Selanjutnya dengan berlangsungnya musim kemarau yang panjang ini muncullah matahari yang kedua, lalu dengan berselangnya suatu masa yang lama matahari ketiga muncul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam dan akhirnya
muncul matahari ketujuh. Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita terbakar hingga menjadi debu dan lenyap bertebaran di alam semesta.

Pemunculan matahari kedua, ketiga dan lain-lain bukan berarti matahari-matahari itu tiba-tiba terjadi dan muncul di angkasa, tetapi matahari-matahari tersebut telah ada di alam semesta kita ini. Dalam setiap tata surya terdapat matahari pula.

Menurut ilmu pengetahuan bahwa setiap planet, tata surya, dan galaxi beredar menurut garis orbitnya masing-masing. Tetapi kita sadari pula, karena banyaknya tata surya di alam semesta kita ini, maka pada suatu masa garis edar tata surya kita akan bersilangan dengan garis orbit tata surya lain, sehingga setelah masa yang lama ada tata surya yang lain lagi yang bersilangan orbitnya dengan tata surya kita. Akhirnya tata surya ketujuh menyilangi garis orbit tata surya kita, sehingga tujuh buah matahari menyinari bumi kita ini. Baiklah kita ikuti uraian tentang kiamat yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu:

Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati .....

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering dan tiada .....

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yanglama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Aciravati, Sarabhu dan Mahi surut, kering dan tiada .....

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan Mandakini surut, kering dan tiada .....

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kelima muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air maha samudra surut 100 yojana*, lalu surut 200 yojana, 300 yojana, 400 yojana, 500 yojana, 600 yojana dan surut 700 yojana. Air maha samudra tersisa sedalam tujuh pohon palem, enam, lima, empat, tiga, dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon palem. Selanjutnya, air maha samudra tersisa sedalam tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua dan hanya sedalam tinggi seorang saja, lalu dalam airnya setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut sampai sedalam tinggi mata kaki.

Para bhikkhu, bagaikan di musim rontok, ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan yang besar, mengakibatkan ada lumpur di bekas tapak-tapak kaki sapi, demikianlah dimana-mana air yang tersisa dari maha samudra hanya bagaikan lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki sapi.

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keenam muncul. Ketika matahari keenam muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung, mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap. Para bhikkhu, bagaikan tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini.

Demikianlah, para bhikkhu, semua bentuk (sangkhara) apa pun adalah tidak kekal, tidak abadi atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal.

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma.

Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus yojana terbakar dan menyala ditaklukkan oleh amukan nyala yang berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang berkobar-kobar bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa ada bara maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa. Demikian pula bumi maupun debu tidak tersisa sama sekali.


Catatan

*) Yojana adalah semacam ukuran yang ada di masa Sang Buddha yang jauhnya kira-kira 7 mil.

Dikutip sebagian dari artikel Ketuhanan Yang Maha Esa adalam Agama Buddhya yang ditulis oleh Cornelis Wowor, M.A. sumber : www.samaggi-phala.or.id

tabel alam kehidupan Posted by Hello

Kejadian Bumi dan Manusia

Terjadinya bumi dan manusia merupakan konsep yang unik pula dalam agama Buddha, khususnya tentang manusia pertama yang muncul di bumi kita ini bukanlah hanya seorang atau dua orang, tetapi banyak. Kejadian bumi dan manusia pertama di bumi ini diuraikan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya, Agganna Sutta dan Brahmajala Sutta. Tetapi di bawah ini hanya uraian dari Agganna Sutta yang akan diterangkan.

Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.
Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, ..... laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk-mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja.
Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian Vasettha, di antara mahluk-mahluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berkata : 'O apakah ini? Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya. Mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu dengan jari-jari ..... mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka.
Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak ..... siang dan malam ..... terjadi.
Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian mahluk memiliki tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk ..... maka sari tanah itupun lenyap ..... ketika sari tanah lenyap ..... muncullah tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko). Cara tumbuhnya seperti cendawan ..... Mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali ..... (seperti di atas). Sementara mereka bangga akan keindahan diri mereka, mereka menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul ..... warnanya seperti dadi susu atau mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni ..... Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu ..... maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk ..... Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.

Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap ..... muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokkan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indriya yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indriya tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin.

Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin .........

Dikutip sebagian dari artikel berjudul Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha yang ditulis oleh Cornelis Wowor, M.A, sumber : www.samaggi-phala.or.id

Alam Semesta

Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan bhikkhu Ananda dalam Anguttara Nikaya sebagai berikut :

Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu (tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi majjhimanika lokadhatu". Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".
Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu, ataupun melebihi itu lagi.

Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi.

*dikutip sebagian dari artikel Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha oleh Cornelis Wowor, M.A sumber: www.samaggi-phala.or.id

Tuesday, April 26, 2005

Nibbana

Nibbana (Pali) atau Nirvana (Sankrit) merupakan tujuan akhir dari Buddhisme, setiap individu yang mengikuti Buddhisme akan mencapai nibbana pada akhirnya. Tidak seperti ajaran lainnya, Nibbana bukanlah salah satu alam, dimensi ataupun bentuk kehidupan setelah kematian. Nibbana lebih sebagai suatu istilah untuk keadaan yang telah musnah atau hampa atau bukan merupakan sesuatu lagi.

Nibbana bukanlah dicapai dalam arti harfiah mendatangi suatu tempat (karena bukan merupakan suatu tempat) tetapi hanya dapat disadari jika telah mencapai tingkat Nibbana.

Buddha Dhamma

Buddha Dhamma, atau Dhamma, berasal dari bahasa Pali, Dharma (Sankrit), secara sederhana artinya adalah Dhamma ajaran Buddha. Buddha Dhamma untuk selanjutnya disebut Dhamma (tidak ada hubungan dengan dharma dari ajaran Hindu), menurut Buddhisme, adalah suatu hukum yang berlaku dalam alam semesta dan isinya, yang mengatur segala aspek kehidupan ini.

Bumi berotasi, kehampaan angkasa luar, terbentuknya planet, air yang mengalir, angin yang berhembus, keberadaan manusia, dan lain-lain semuanya baik yang telah ditemukan manusia, atau belum adalah Dhamma. Keberadaan Dhamma dan cara kerjanya ini dilihat oleh Buddha ketika mencapai penerangan sempurna/pencerahan- nya. Dan untuk memudahkan agar kita tidak bingung maka beberapa penulis menyebut Dhamma ini sebagai Buddha Dhamma untuk memudahkan klasifikasi dan pembedaan dari dhamma/dharma lainnya.

Tetapi pada dasarnya, Dhamma itu telah ada, jauh sebelum Buddha ada. Bisa saja Dhamma telah ada jauh sebelum alam semesta ini ada. Buddha hanyalah yang menyadari dan memahamai secara sempurna keberadaan dan cara kerja Dhamma serta mengajarkannya kepada kita yang tidak memiliki kesucian ataupun kemampuan sempurna untuk melihat dan memahami sendiri. Jadi Dhamma bukanlah milik Buddha atau Buddhisme, Dhamma ada dimana saja, tetapi Buddhisme yang pertama kali melihat dan menjelaskan Dhamma tersebut dalam label/sebutan Dhamma atau Buddha Dhamma.

Apa itu Buddha?

Buddha, adalah kata dari bahasa Pali maupun sankrit yang artinya "seorang yang telah mencapai pencerahan". Kata Buddha bukanlah mewakili seorang nabi atau pemimpin agama atau entitas tunggal yang pernah hidup pada suatu jaman, tetapi lebih merupakan sebuah sebutan atas orang yang telah mencapai penerangan sempurna itu. Analoginya adalah, sebutan "Presiden Amerika" bukan merupakan sebutan untuk seseorang tetapi siapa saja yang pernah menjabat sebagai Presiden Amerika.

Dalam satu alam semesta, pada setiap masa yang sangat lama, hanya terdapat seorang Samma Buddha (Buddha yang menurunkan ajaran), dan ajarannya yang disebut Buddha Dhamma. Buddha Dhamma yang berlaku sekarang adalah Buddha Dhamma yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, seorang Buddha yang hidup di dunia pada masa 2500an tahun silam. Dalam waktu yang lama kemudian, jika ajaran Buddha Dhamma telah mulai dilupakan manusia, maka akan muncul calon Buddha berikutnya yang akan kembali mencapai tingkat Buddha dan mengajarkan kembali Buddha Dhamma kepada manusia.

Jadi secara sederhana, Buddha Siddharta Gautama atau Buddha Sakyamuni, hanyalah salah satu dari manusia yang bernama Siddharta dari keluarga Gautama yang telah mencapai tingkat penerangan sempurna sehingga disebut Buddha . Buddha Sakyamuni, tidak pernah mengklaim dirinya sebagai orang suci atau nabi yang merupakan turunan atau berhubungan secara eksklusif dengan langit, surga atau sejenisnya. Beliau hanya menyebut dirinya sebagai guru, guru manusia dan para dewa, yang menyadari dan bisa melihat cara kerja alam semesta (Dhamma) dan mengajarkan kepada manusia agar dapat mencapai Nibbana seperti dirinya.

(sebagian dikutip dari wikipedia)

Kata Sambutan

Tujuan dari pembuatan blog ini, adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pertanyaan kita mengenai hidup ini, mengenai kejadian sekitar, terhadap fenomena, atau pertanyaan terhadap Buddhisme secara Buddhisme. Blog ini semoga dipandang sebagai pengayaan pengetahuan dibandingkan sebagai penyebaran suatau agama, ataupun untuk bahan perdebatan.

Walaupun blog ini, ber-orientasi pada Buddhisme, tetapi tidak berarti menghalangi pihak lain untuk membacanya, atau mengutipnya. Silakan saja bagi yang ingin membaca ataupun mengutip asal dipergunakan untuk tujuan baik dan bukan dalam rangka mengadu domba ataupun membangkitkan sentimen.

Blog ini dibuat atas landasan memberikan informasi jadi segala yang di post dalam blog ini pada umumnya bersumber dari sumber terpercaya, yaitu dari orang yang telah benar-benar memahami apa yang di pikirkannya dan di ucapkannya. Oleh karena itu sebisa mungkin, saya coba mengumpulkan sumber dari Bhikkhu.

Untuk tahap awal, akan banyak artikel tanya jawab yang saya ambil (tentu saja seijin yang punya)dari website www.buddhistonline.com. Seiring dalam perkembangannya akan saya usahakan memakai sumber-sumber lain.

Semoga dengan blog ini, kita lebih mengenal, meyakini dan menjalankan Dhamma. Marilah kita belajar bersama.

Namo Buddhaya,
Gunawan